Archive for Maret 2014

Kisah Nabi Ismail A.S

Minggu, 23 Maret 2014
Posted by Unknown
Nabi Ismail a.s. adalah anak Nabi Ibrahim a.s. dan ibunya Siti Hajar. Siti Hajar adalah budak yang diberikan oleh Raja Mesir kepada Nabi Ibrahim a.s.  Dari semenjak kecil hingga dewasa Siti Hajar dipelihara oleh Nabi Ibrahim a.s. sehingga diperistrikannya.
Sedangkan istri pertama yaitu Siti Sarah dari semenjak muda belum bisa memberikan anak dan baru mendapatkan anak ketika usianya sudah lanjut, yang mana anak tersebut diberi nama Ishaq. Sebagaimana wanita lainnya, Siti Sarah rupanya merasa kurang senang kalau Siti Hajar sudah mendapatkan anak terlebih dahulu dari pada dirinya.



Kemudian Nabi Ibrahim a.s. membawa istrinya (Siti Hajar) dan Ismail yang masih bayi ke negri Mekkah yang pada waktu itu masih merupakan padang pasir kosong yang belum di diami oleh manusia. Lalu atas perintah Allah s.w.t. Nabi Ibrahim a.s. pun kembali ke negri Syam pada istri pertamanya yaitu Siti Sarah.
Suatu ketika Siti Hajar kehabisan air, beliau sangat kehausan sehingga air susunya pun kering. Dalam usahanya mencari air, Siti Hajar berlari kian kemari sampai ke bukit Shafa dan Marwah. Kemudian Siti Hajar mendengar suara Malaikat Jibril yang menunjuk suatu tempat (Shafa) dimana bayinya (Ismail) dibaringkan dalam keadaan menangis sambil merentak-rentakan kakinya. Atas izin Allah s.w.t. didekat Ismail menangis itu, memancarlah mata air. Siti Hajar tergesa-gesa menampungnya. Kemudian Malaikat Jibril berkata kepada air yang berlimpah-limpah itu "Zam-Zam!" yang artinya "Berkumpullah!" maka air itu berkumpul untuk kemudian menjadi telaga dan sampai saat ini disebut telaga Zam-zam. Usaha Siti Hajar mencari air kian kemari dari bukit Shafa ke Marwah dijadikan salah satu rukun Haji yang disebut Sha'i, yaitu berjalan kaki dari Shafa ke Marwah, pulang pergi tujuh kali.
Apabila Nabi Ibrahim a.s. kembali ke Mekkah, keadaan tempat dimana anak istrinya ditinggalkan telah berubah menjadi desa yang subur dan makmur.
Suatu ketika Nabi Ibrahim a.s. bermimpi menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail a.s. Lalu dikatakannya hal itu kepada Ismail, anaknya yang sudah besar itu pun menjawab "Hai bapakku, kerjakanlah sebagaimana diperintahkan Allah yaitu menyembelihku, mudah-mudahan bapak akan menyaksikanku berhati sabar". Maka Nabi Ibrahim a.s. pun membaringkan Ismail ketanah dengan maksud akan disembelihnya. Pada saat itulah Allah s.w.t. menebusinya dengan seekor biri-biri (kibas) yang besar.  Dikarenakan sabar dan takwanya, maka Ismail pun diangkat menjadi Rasul Allah.
Nabi Ibrahim a.s. bersama anaknya yaitu Nabi Ismail a.s. kemudian mendirikan Ka'bah (Baitullah) yang menjadi qiblat bagi umat manusia sedunia dalam beribadah.
Setelah usianya dewasa, Nabi Ismail a.s. menikah dengan seorang wanita Jurhum. Pada suatu hari, berkunjunglah Nabi Ibrahim a.s. kerumah anaknya, disambut oleh menantunya. Menyaksikan menantunya seorang yang tidak berbudi, Nabi Ibrahim berkata kepada menantunya "Jika nanti suamimu pulang dari berburu, ceritakanlah kepadanya, bahwa ada seorang tua yang ciri-ciri dan sifatnya begini dan begini datang berkunjung. Katakan pula kepadanya bahwa aku tidak menyukai bandur rumahnya, hendaknya ditukar dengan yang lain" Kemudian Nabi Ibrahim a.s. pulang. 
Setelah tiba Nabi Ismail a.s. oleh istrinya diceritakanlah kedatangan Nabi Ibrahim a.s. lengkap dengan pesannya "Itulah bapakku" ujar Nabi Ismail a.s. "Dan beliau tidak suka kepadamu karena budimu yang kasar dan rendah" Lalu Nabi Ismail a.s. menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita jurhum yang lain. Ternyata Nabi Ibrahim a.s. sangat setuju dengan menantunya yang kedua ini. 
Nabi Ismail a.s. dikaruniai oleh Allah s.w.t. yaitu anak berjumlah dua belas orang dan mereka menjadi pemimpin-pemimpin atas kaumnya yang dinamakan Arab Musta'ribah.
Nabi Ismail a.s. yang disukai Allah s.w.t. diutus ke negri Yaman dan Amliq untuk menyeru manusia supaya bertaqwa kepada Allah s.w.t. bersembahyang dan membayar zakat. Dan menurut salah satu riwayat, Nabi Ismail a.s. meninggal pada usia 137 tahun di Palestina. Namun menurut riwayat yang lain, Nabi Ismail a.s. meninggal dunia di Mekkah

Kisah Nabi Luth A.S

Posted by Unknown
Nabi Luth bin Haran bin Tarih (Azar) adalah keponakan Nabi Ibrahim a.s. Ia diutus oleh Allah swt. kepada kaumnya.  Nabi Luth  ‘alaihissalam berhijrah bersama pamannya  Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina. Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada pamannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk pergi menuju negeri Sadum (di dekat laut mati di Yordan) karena Allah telah memilihnya sebagai Nabi-Nya dan Rasul-Nya yang diutus kepada negeri tersebut, maka Nabi Ibrahim mengizinkannya dan Nabi Luth pun pergi ke Sadum serta menikah di sana.




Ketika itu, akhlak penduduknya sangat buruk sekali, mereka tidak menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan tidak malu berbuat kemungkaran, berkhianat kepada kawan, dan melakukan penyamunan. Di samping itu, mereka mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumnya di alam semesta. Mereka mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwatnya dan meninggalkan wanita.
Saat itu, Nabi Luth ‘alaihissalam mengajak penduduk Sadum untuk beriman dan meninggalkan perbuatan keji itu. Beliau berkata kepada mereka,
Mengapa kamu tidak bertakwa?”– Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Asy Syu’ara: 160-161)
Tetapi kaum Luth tidak peduli dengan seruan itu, bahkan bersikap sombong terhadapnya serta mencemoohnya. Meskipun begitu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak putus asa, ia tetap bersabar mendakwahi kaumnya; mengajak mereka dengan bijaksana dan sopan, ia melarang dan memperingatkan mereka dari melakukan perbuatan munkar dan keji. Akan tetapi, kaumnya tidak ada yang beriman kepadanya, dan mereka lebih memilih kesesatan dan kemaksiatan, bahkan mereka berkata kepadanya dengan hati mereka yang kasar, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al ‘Ankabbut: 29)
Mereka juga mengancam akan mengusir Nabi Luth ‘alaihissalam dari kampung mereka karena memang ia adalah orang asing, maka Luth pun marah terhadap sikap kaumnya; ia dan keluarganya yang beriman pun menjauhi mereka.
Istrinya lebih memilih kafir dan ikut bersama kaumnya serta membantu kaumnya mengucilkannya dan mengolok-oloknya. Terhadap istrinya ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala membuatkan perumpamaan,
Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam).” (QS. At Tahrim: 10)
Pengkhianatan istri Nabi Luth kepada suaminya adalah dengan kekafirannya dan tidak beriman kepada Allah Subhnahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus tiga orang malaikat dalam bentuk manusia yang rupawan, lalu mereka mampir dulu menemui Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Nabi Ibrahim ‘alaihissalammengira bahwa mereka adalah manusia, maka Nabi Ibrahim segera menjamu mereka dengan menyembelih seekor anak sapi yang gemuk, tetapi mereka tidak mau makan.
Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengaruniakan kepadanya anak dari istrinya, yaitu Sarah bernama Ishaq ‘alaihissalam. Para malaikat kemudian memberitahukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, bahwa mereka akan berangkat menuju negeri Sadum untuk mengazab penduduknya karena kekafiran dan kemaksiatan mereka.
Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memberitahukan, bahwa di sana terdapat Luth, maka para malaikat pun menenangkannya dengan memberitahukan, bahwa Allah akan menyelamatkan dia dan keluarganya selain istrinya yang kafir.
Para malaikat pun keluar dari rumah Ibrahim dan pergi menuju negeri Sadum, hingga mereka sampai di rumah Luth dan mereka datang sebagai para pemuda yang tampan.
Saat Nabi Luth ‘alaihissalam melihat mereka, maka Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan mereka, dan tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth, hingga akhirnya istrinya keluar dari rumahnya dan memberitahukan kaumnya tentang kedatangan tamu-tamu Nabi Luth yang rupawan.
Maka kaumnya pun datang dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka.
Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu, lalu Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi mereka dari mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu,–Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Nabi Luth juga mengingatkan mereka, bahwa Allah Subhnahu wa Ta’ala telah menciptakan wanita untuk mereka agar mereka dapat menyalurkan syahwatnya, akan tetapi kaum Luth tetap ingin masuk ke rumahnya. Ketika itu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak mendapati seorang yang berakal dari kalangan mereka yang dapat menerangkan kesalahan mereka dan akhirnya Nabi Luth merasakan kelemahan menghadapi mereka sambil berkata, “Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” (QS. Huud: 80)
Saat itulah, para tamu Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan bahwa mereka bukan manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang fasik itu.
Tidak berapa lama, kaum Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah seorang malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan sempoyongan di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat meminta Nabi Luth untuk pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan menimpa mereka di pagi hari. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari, Nabi Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum. Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka Allah mengirimkan kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu.
Saat itu, negeri tersebut bergoncang dengan goncangan yang keras, seorang malaikat mencabut negeri itu dengan ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian mereka dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya.
Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri, sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,
Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (Terj. Adz Dzaariyat: 37)
Kisah-kisah Nabi Luth dapat dilihat di beberapa tempat dalam Al Qur’an, di antaranya: QS. Al A’raaf: 80-84, QS. Hud: 69-83, QS. Al Hijr: 51-77, QS. Asy Syu’araa’: 160-175, QS. An Naml: 54-58, QS. Al ‘Ankabut: 28-35, QS. Ash Shaaffaat: 133-138,  QS. Adz Dzaariyat: 31-37, dan QS. Al Qamar: 33-40.

KIsah Nabbi Hud A.S

Posted by Unknown
Aad" adalah nama bapak suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikaruniai oleh Allah s.w.t. tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehingga memudahkan mereka bercocok tanam untuk bahan makanan mereka dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat karunia Allah s.w.t. itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.



Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama " Shamud" dan " Alhattar" dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah karuniaan dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah. Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan musibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis laknatullah, di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah s.w.t. mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.
Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya
Sudah menjadi sunnah Allah s.w.t. sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahwa dari masa ke masa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalan lurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia dengan fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang daripada suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya. Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah s.w.t. yang berupa alam sekeliling mereka dan bahwa Allah s.w.t. lah yang mencipta mereka semua dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dapat mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah s.w.t. yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah s.w.t. yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya daripada mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah s.w.t. dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah s.w.t. sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mereka dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tata cara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud: "Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yang tidak dapat kami jangkau dengan panca indera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jangan mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan membawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan panca inderamu namun kamu dapat melihat dan merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaanNya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dapat bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya, Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia dekat daripada kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
Wahai Hud! jawab kaumnya, "Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain daripada yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa heran dan tidak dapat menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang daripada kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sehat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau ejek hina dan cemoohkan."
"Wahai kaumku" jawab Nabi Hud, "Aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sehat tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah bahwa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dapat mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi badanku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahwa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pada diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah s.w.t. yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis laknatullah dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah s.w.t. tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah s.w.t., Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuhan bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah bahwa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas segala perbuatan kamu didunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan soleh mendapat ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah s.w.t. kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum Aad menjawab: "Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahwa engkau telah mendapat kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi tidak siuman. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahwa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakutkan kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan siksa yang engkau bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancaman itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta."
"Baiklah" jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari bencananya. Allah s.w.t. menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung badanku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah s.w.t. bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah s.w.t. Atas Kaum Aad
Pembalasan Allah s.w.t. terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah s.w.t. yang dijanjikan dan bahwa Allah s.w.t. masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah s.w.t. dengan meninggalkan persembahan mereka yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah s.w.t. agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mereka terhadap janji Allah s.w.t. yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah s.w.t. yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta."
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang dikatakan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini mencari perlindungan Suami tidak tau di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah s.w.t. dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau balau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau balau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah "Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan bahwa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.
Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi gila dan tidak siuman. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata: "Aku tidak gila dan bahwa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah s.w.t. kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah s.w.t. di dunia mahupun di akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya. Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang sehat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah s.w.t., Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya
Nabi Ibrahim dilahirkan ditengah masyarakat yang musyrik dan kafir. Beliau adalah anak Azar, yang juga masih keturunan Sam bin Nuh. Nabi Ibrahim dilahirkan pada tahun 2295 Sebelum Masehi, di negeri Mausul, pada zaman Raja Namrud. Azar ayahnya, adalah pemahat patung untuk sesembahan kaumnya. Ketika itu, Raja Namrud memerintah dengan sangat zalim dan tanpa undang-undang. Bahkan, raja itu mengaku dirinya sebagai Tuhan. Semua rakyatnya menyembah berhala.



Nabi Ibrahim Dibuang ke Hutan
Raja Namrud adalah raja yang keji danbengis. La seorang raja yang tidak mau di lengser dan ingin berkuasa terus menerus bahkan ingin hidup terus menerus. Karena itu ia tak segan-segan untuk membodohi rakyatnya agar menyembah berhala. Bahkan ia juga memproklamirkan diri sebagai salah satu tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Sehingga segala perintahnya tak ada yang berani membangkang.Sebelum Nabi Ibrahim lahir, raja Namrud pernah bermirnpi melihat seorang anak lelaki melompat masuk ke dalam kamarnya lalu merampas mahkota dan menghancurkannya. Esok harinya ia memanggil tukang ramal dan tukang tenung untuk menafsirkan arti mimpinya itu. Menurut tukang ramal, anak laki-laki dalam mimpi sang raja itu kelak akanmeruntuhkan kekuasaan sang raja. Tentu saja raja Namrud murka. La memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Nabi Ibrahim As. yang baru lahir secara diam-diam diselamatkan oleh ayahnya dengan jalan disembunyikan dalam sebuah gua di hutan. Dengan izin Allah SWT, beliau dapat hidup dengan selamat tanpa gangguan binatang buas. Karena jauh dari kaumnya, maka sejak kecil Nabi Ibrahim As. terbebas dari segala macam bentuk syirik dan maksiat. Hidayah Allah merasuk ke dalam hatinya, sehingga Nabi Ibrahim As. sering kali berpikir dan merenungkan berhala-berhala dan batu yang dipuja dan disembah oleh kaumnya.
Kemudian timbul pertanyaan di hatinya, mengapa benda- benda yang tidak dapat berbuat apa-apa itu disembah? Lalu, di manakah Tuhan yang sebenarnya? Ketika Nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang di malam hari, lalu matahari disiang hari, ia berkata di dalam hati, mungkinkah benda-benda itu Tuhan ?
Tetapi, ketika ternyata bulan dan bintang menghilang, dan matahari pun terbenam ia kemudian berkata: "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu." bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesunggubnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit,dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yangkamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yangmenciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Qs. AI-An'am: 76-79)
Ibrahim Bergaul dengan Kaumnya
Sesudah dewasa dan berita tentang pembunuhan bayi-bayi sudah sirna. Ibrahim diizinkan kedua orang tuanya keluar dari goa. Hidup di tengah-tengah masyarakat. Kesedihan menggerogoti hatinya, ternyata masyarakat di sekitarnya sudah bobrok mental dan akhlaknya. Akal pikiran mereka benar-benar sudah tumpul sehingga patung dan batu-batu bergambar mereka jadikan Tuhan yang disembah-sembah.
Ayah Ibrahim sendiri adalah tukang pembuat patung yang dijual ke masyarakat banyak. Dan ayahnya juga menyembah patung yang dibuatnya sendiri.Ibrahim kemudian mengadu kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku sedang menderita,derita batin. Aku melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal pikiran yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka ? Apakah akal pikiran itu hanyadigunakan untuk mencari kekayaan dan berbuat kerusakan belaka. Oh Tuhanku,tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak menunjuki aku, sungguh aku akan menjadi orang yang tersesat dan berbuat aniaya." Lalu Allah memberikan petunjuk kepadanya. ia diangkat menjadi Nabi danRasul. la diberi wahyu sehingga keyakinan tentang adanya Tuhan bukan sekedar kesimpulan akal pikirannya belaka melainkan berasal dari ketetapan Tuhan.Allah mengajarkan segala rahasia yang ada di balik alam nyata ini. Bahwa di balik alam nyata ini ada juga alam ghaib. Setiap manusia yang mati kelak akandibangkitkan lagi di alam akhirat.
Ibrahim Meyakinkan Dirinya
 Nabi Ibrahim sebenarnya sudah percaya akan adanya hari pembalasan diakhirat. Pada suatu hari ia ingin memperoleh petunjuk yang lebih nyata danmeyakinkan hatinya.Maka berdo'alah ia kepada Tuhan: "Ya,Tuhanku perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah menjawab: "Apakah kamu belum percaya Ibrahim ?" Nabi Ibrahim menjawab: "Saya telah percaya tetapi supaya bertambah yakin hati saya." Tuhan kemudian memerintahkan Ibrahim mengambil empat ekor burung. Keempatnya dipotong-potong dan tubuhnya dicerai beraikan atau dipisah-pisahkan.
Potongan-potongan kecil dari keempat burung itu dilumatkan kemudian dijadikan empat onggok. masing-masing onggokan diletakkan di puncak empat bukit yang letaknya berjauhan. Ibrahim kemudian diperintahkan mengambil burung-burung yang sudah hancur tadi. Tiba-tiba saja burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri Nabi Ibrahim. Peristiwa ini dengan jelas Allah gambarkan dalam AI-Qur'an
Ajakan kepada Ayahnya untuk Meninggalkan Berhala
Sebelum Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala, pertama kali yang diajaknya menyembah Allah adalah ayahnya sendiri.Ayah Ibrahim bernama Azar adalah pembuat patung berhala. la memperingatkan ayahnya dengan bahasa yang lemah lembut penuh kesopanan: "Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun ? Wahai ayahku, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang diberikan Allah dan tidak mungkin diberikan kepadamu.Maka ikutilah nasihat-nasihatku. niscaya akan menunjukkan kepadamu jalan.yanglurus. Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai ayahku, sesungguhnya Aku kuatir engkau akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka engkau menjadi kawan dari setan."Tapi ayahnya tidak mau mengikuti ajakan Ibrahim. Ayahnya berkata: "Bencikah kamu terhadap Tuhanku, Ibrahim ? Jika kamu tidak berhenti mengajakku niscaya aku akan merajammu. Tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." Karena ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku akan berdo a kepadaTuhanku. Mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdo a kepada Tuhanku." Doa atau permohonan Nabi Ibrahim untuk ayahnya tak lain adalah karena kasih sayangnya selaku anak kepada ayahnya. Namun setelah Allah menerangkan bahwa ayah Ibrahim adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Tak ada beban moral lagi selaku anak kepada ayahnya.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Suatu ketika, Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negeri. Kampung-kampung mereka tertinggal kosong. Kesempatan itu dipergunakan oleh Nabi Ibrahim As. untuk melaksanakan niat yang selama ini dipendamnya, yaitu menghancurkan berhala-berhala yang ada di tempat peribadatan Raja Namrud dan rakyatnya. Maka dengan menggunakan kampak, mulailah Nabi Ibrahim As. memecah-mecahkan berhala-berhala itu satu persatu. Tetapi, karena maksud tertentu, ada satu berhala yang tetap dibiarkan utuh, yakni berhala yang terbesar. Setelah selesai menghancurkan semua berhala yang lain, Nabi Ibrahim As. Mengalungkan kampaknya pada leher berhala terbesar, itu. Kemudian beliau pergi meninggalkan tempat peribadatan itu. Beberapa lama kemudian Raja Namrud dan para pengikutnya datang. Demi melihat keadaan rumah peribadatan mereka berantakan dan berhala-berhalanya hancur, maka murkalah sang raja. Tak pelak lagi Nabi Ibrahim As. langsung menjadi orang yang tertuduh dalam hal itu, sebab sudah dikenal di seluruh negeri, bahwa Nabi Ibrahim As. sangat membenci sesembahan kaumnya. Maka beliau dihadapkan kepadaRaja Namrud untuk diadili. Sang raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala kami di rumah peribadatan ?"Bukan!" jawab Nabi Ibrahim singkat.Mendengar jawaban itu. Raja Namrud semakin naik pitam. Dengan nada lebih keras, ia berkata: "Lalu, siapa lagi kalau bukan engkau. Bukankah engkau berada disini ketika kami semua pergi, dan bukankah engkau amat membenci sesembahan kami?" “ya, tapi aku tidak menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, barangkali berhala besar itulah yang telah melakukannya. Bukankah kampak yang ada di lehernyamembuktikan perbuatan-nya ?" sahut Nabi Ibrahim dengan tenang. "Mana mungkin berhala dapat berbuat seperti itu ?" kata Raja Namrud membantah pernyataan NabiIbrahim As.Mendengar itu, Nabi Ibrahim dengan tegas berkata: "Kalau begitu, mengapa engkau sembah berhala yang tidak dapat-berbuat apa-apa ?" Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim itu, orang-orang yang menyaksikan jalannya pengadilan itu terkejut dan banyak di antara mereka yang sadar. Terpikir oleh mereka, bahwa memang begitulah adanya; mereka telah menyembah sesuatu yang tak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Meskipun demikian, Raja Namrud justru semakin murka karenanya.
Nabi Ibrahim Dibakar
Kekalahan Raja Namrud dalam berdebat dengan Nabi Ibrahim As. Malah mengundang kemurkaannya yang lebih besar. Dengan segera ia memerintahkan tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan hukuman yang seberat-beratnya.Demikian-lah, Nabi Ibrahim menjalani hukuman mati dengan jalan dibakar hidup-hidup.
Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Nabi Ibrahim As. diikat dan diletakkan dalam tumpukan kayu itu. Namun dengan izin Allah dan kuasa-Nya api tidak membakar Nabi Ibrahim hingga ia selamat dan tidak terluka sedikitpun.
Menyaksikan peristiwa
Pembakaran Nabi Ibrahim, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan penuh, rasa puas. Mereka mengira bahwa pasti Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu di tengah tumpukan kayu bakar yang menyala dahsyat itu. Tetapi, betapa terkejutnya mereka demi melihat keajaiban yang terjadi setelah api itu padam. Nabi Ibrahim As.tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikit pun. Lalu beliau pergi meninggalkan mereka. Sejak kejadian itu, Nabi IbrahimAs. , berhijrah ke negeri Kan'an (Palestina) dan di tanah suci (Baitul-Maqdis) disitulah beliau hidup dan berketurunan.
Raja Namrud dan Kaumnya Menerima Azab Allah
Karena keingkarannya, Raja Namrud beserta seluruh pengikut-nya mendapatkan siksaan Allah SWT: Pada suatu ketika, tiba-tiba datang serombongan nyamuk yang luar biasa banyaknya. Binatang-binatang itu langsung menyerbu manusia, menggigit bagian-bagian tubuh, masuk ke lubang hidung dan telinga orang-orang kafir itu. Maka binasalah Raja Namrud dan para pengikutnya. Sementara itu, sejak pindah ke tanah suci (Baitul-Maqdis), Nabi Ibrahim As.kemudian berumah tangga dan memperoleh anak-anak yang shaleh. Dari istrinya yang bemama Siti Sarah, Nabi Ibrahim As. memperoleh anak yang diberi nama Ishaq. Dan dari istrinya yang bernama Siti Hajar, beliau memperoleh seorang putra yang bernama Ismail. Ishaq kemudian menjadi Nabi dan Rasul, dan menurunkan seorang anak,Ya'qub namanya (kelak, Ya'qub juga menjadi Nabi dan Rasul Allah, serta menurunkan anak-cucu sampai kepada Nabi Musa As.). Sedangkan Ismail juga menjadi Nabi danRasul, dan darinya lah Nabi besar Muhammad Saw. mempunyai silsilah.
Nabi Ibrahim Diuji Tuhan
Pada suatu malam, Nabi Ibrahim As. bermimpi, bahwa Allah SWT.memerintahkannya supaya mengorbankan putranya Ismail. Karena yakin akan mimpinya itu, segera Nabi Ibrahim As. bermusyawarah dengan Ismail tentang hal itu.Dan di luar dugaan, Ismail As. menjawab pernyataan ayahnya itu dengan tenang, seraya berkata: "Wahai ayahku, jika ini memang perintah Allah SWT., maka taatilah,dan aku rela untuk dikurbankan.” Mendengar tekad putranya, Nabi Ibrahim As. segera bersiap-siap untuk mengorbankan Ismail As. Tetapi, setelah segalanya selesai danupacara kurban akan dimulai, terjadilah peristiwa yang menakjubkan. Dengan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT., muncul seekor biri-biri yang menggantikan ismail untuk disembelih. Maka legalah hati Nabi Ibrahim As. Dipeluknya anak kesayangannya itu dengan penuh kasih, seraya rnengucapkan pujian kepada AllahSWT.

Baca Selengkapnya (http://al-syahbana.blogspot.com) - TAMPILKAN SELALU LINK SUMBER : http://al-syahbana.blogspot.com/2012/12/cerita-nabi-ibrahim-as.html#ixzz43iG0DHPK

Kisah Nabi Saleh A.S

Posted by Unknown
Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama "Alhijir" terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah s.w.t. sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud a.s. 




Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahwa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berqurban, tempat mereka minta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah s.w.t. tidak akan menurunkan azab dan siksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka bahwa ia adalah pesuruh dan utusan Allah s.w.t. dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah s.w.t. yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup mereka dan sesudah mereka mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mereka segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah s.w.t. dekat kepada mereka mendengarkan doa mereka dan memberi ampun kepada yang salah bila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya: "Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah s.w.t. yang telah mengaruniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksa dan azab dari Allah s.w.t. karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu boleh terjadi di atas mereka jika mereka tidak mau menerima dakwahnya dan mendengar nasehat yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah s.w.t. yang ditugaskan kepadanya dan Allah s.w.t.lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebagian yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya: "Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cakap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau sehat badan dan sehat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: "Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunan dan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah s.w.t. dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahwa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah s.w.t. Memberi Mukjizat Kepada Nabi Saleh a.s.
Nabi Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tantangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tantangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan persembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah s.w.t. agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tantangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah s.w.t. dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: "Inilah dia unta Allah s.w.t., janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah s.w.t. ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah s.w.t. akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini."
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh. Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Dan begitu unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan hebat dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh: "Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab: "Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah s.w.t. akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah s.w.t. telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah s.w.t.  dan terimalah kelak akibat tantanganmu kepada-Nya. Janji Allah s.w.t. tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah s.w.t. dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut ahli tafsir bahwa Allah s.w.t. melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah s.w.t. Yang Dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah s.w.t. yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka menjadi kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah s.w.t. yang pedih. Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh untuk melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah s.w.t. telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir. Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah s.w.t. berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79 , surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah " Al-Qamar " ayat 23 sehingga ayat 32.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Saleh a.s.
Pengajaran yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dapat membinasakan masyarakat itu seluruhnya. Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah s.w.t. yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh a.s. Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah s.w.t. agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi didalam masyarakat dan lindungan kita, kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diartikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.

Baca Selengkapnya (http://al-syahbana.blogspot.com) - TAMPILKAN SELALU LINK SUMBER : http://al-syahbana.blogspot.com/2012/12/cerita-nabi-saleh-as.html#ixzz43iFqGa1F
Welcome to My Blog

Burung Elang

Burung

Helicopter

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Fatih -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -