Archive for 2014
Nabi Ismail a.s. adalah anak Nabi
Ibrahim a.s. dan ibunya Siti Hajar. Siti Hajar adalah budak yang diberikan oleh
Raja Mesir kepada Nabi Ibrahim a.s. Dari semenjak kecil hingga dewasa
Siti Hajar dipelihara oleh Nabi Ibrahim a.s. sehingga diperistrikannya.
Sedangkan
istri pertama yaitu Siti Sarah dari semenjak muda belum bisa memberikan anak
dan baru mendapatkan anak ketika usianya sudah lanjut, yang mana anak tersebut
diberi nama Ishaq. Sebagaimana wanita lainnya, Siti Sarah rupanya merasa kurang
senang kalau Siti Hajar sudah mendapatkan anak terlebih dahulu dari pada
dirinya.
Kemudian
Nabi Ibrahim a.s. membawa istrinya (Siti Hajar) dan Ismail yang masih bayi ke
negri Mekkah yang pada waktu itu masih merupakan padang pasir kosong yang belum
di diami oleh manusia. Lalu atas perintah Allah s.w.t. Nabi Ibrahim a.s. pun
kembali ke negri Syam pada istri pertamanya yaitu Siti Sarah.
Suatu
ketika Siti Hajar kehabisan air, beliau sangat kehausan sehingga air susunya
pun kering. Dalam usahanya mencari air, Siti Hajar berlari kian kemari sampai
ke bukit Shafa dan Marwah. Kemudian Siti Hajar mendengar suara Malaikat Jibril
yang menunjuk suatu tempat (Shafa) dimana bayinya (Ismail) dibaringkan dalam
keadaan menangis sambil merentak-rentakan kakinya. Atas izin Allah s.w.t.
didekat Ismail menangis itu, memancarlah mata air. Siti Hajar tergesa-gesa
menampungnya. Kemudian Malaikat Jibril berkata kepada air yang berlimpah-limpah
itu "Zam-Zam!" yang artinya "Berkumpullah!"
maka air itu berkumpul untuk kemudian menjadi telaga dan sampai saat ini
disebut telaga Zam-zam. Usaha Siti Hajar mencari air kian kemari dari bukit
Shafa ke Marwah dijadikan salah satu rukun Haji yang disebut Sha'i, yaitu
berjalan kaki dari Shafa ke Marwah, pulang pergi tujuh kali.
Apabila
Nabi Ibrahim a.s. kembali ke Mekkah, keadaan tempat dimana anak istrinya
ditinggalkan telah berubah menjadi desa yang subur dan makmur.
Suatu
ketika Nabi Ibrahim a.s. bermimpi menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail a.s.
Lalu dikatakannya hal itu kepada Ismail, anaknya yang sudah besar itu pun
menjawab "Hai bapakku, kerjakanlah sebagaimana diperintahkan Allah
yaitu menyembelihku, mudah-mudahan bapak akan menyaksikanku berhati sabar".
Maka Nabi Ibrahim a.s. pun membaringkan Ismail ketanah dengan maksud akan
disembelihnya. Pada saat itulah Allah s.w.t. menebusinya dengan seekor
biri-biri (kibas) yang besar. Dikarenakan sabar dan takwanya, maka Ismail
pun diangkat menjadi Rasul Allah.
Nabi
Ibrahim a.s. bersama anaknya yaitu Nabi Ismail a.s. kemudian mendirikan Ka'bah
(Baitullah) yang menjadi qiblat bagi umat manusia sedunia dalam beribadah.
Setelah
usianya dewasa, Nabi Ismail a.s. menikah dengan seorang wanita Jurhum. Pada
suatu hari, berkunjunglah Nabi Ibrahim a.s. kerumah anaknya, disambut oleh menantunya.
Menyaksikan menantunya seorang yang tidak berbudi, Nabi Ibrahim berkata kepada
menantunya "Jika nanti suamimu pulang dari berburu, ceritakanlah
kepadanya, bahwa ada seorang tua yang ciri-ciri dan sifatnya begini dan begini
datang berkunjung. Katakan pula kepadanya bahwa aku tidak menyukai bandur
rumahnya, hendaknya ditukar dengan yang lain" Kemudian Nabi Ibrahim
a.s. pulang.
Setelah
tiba Nabi Ismail a.s. oleh istrinya diceritakanlah kedatangan Nabi Ibrahim a.s.
lengkap dengan pesannya "Itulah bapakku" ujar Nabi Ismail a.s.
"Dan beliau tidak suka kepadamu karena budimu yang kasar dan rendah"
Lalu Nabi Ismail a.s. menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita
jurhum yang lain. Ternyata Nabi Ibrahim a.s. sangat setuju dengan menantunya
yang kedua ini.
Nabi
Ismail a.s. dikaruniai oleh Allah s.w.t. yaitu anak berjumlah dua belas orang
dan mereka menjadi pemimpin-pemimpin atas kaumnya yang dinamakan Arab
Musta'ribah.
Nabi
Luth bin
Haran bin Tarih (Azar) adalah keponakan Nabi Ibrahim a.s. Ia diutus oleh Allah
swt. kepada kaumnya. Nabi Luth ‘alaihissalam berhijrah bersama
pamannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana
beberapa lama, lalu kembali ke Palestina. Di tengah perjalanan menuju
Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada pamannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk pergi menuju negeri Sadum (di
dekat laut mati di Yordan) karena Allah telah memilihnya sebagai Nabi-Nya dan
Rasul-Nya yang diutus kepada negeri tersebut, maka Nabi Ibrahim mengizinkannya
dan Nabi Luth pun pergi ke Sadum serta menikah di sana.
Ketika itu, akhlak penduduknya sangat buruk sekali, mereka tidak menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan tidak malu berbuat kemungkaran, berkhianat kepada kawan, dan melakukan penyamunan. Di samping itu, mereka mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumnya di alam semesta. Mereka mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwatnya dan meninggalkan wanita.
Saat itu, Nabi Luth ‘alaihissalam mengajak penduduk Sadum untuk beriman
dan meninggalkan perbuatan keji itu. Beliau berkata kepada mereka,
“Mengapa kamu tidak bertakwa?”–
Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,–Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku sekali-kali tidak minta
upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta
alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan
istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang
yang melampaui batas.” (QS.
Asy Syu’ara: 160-161)
Tetapi kaum Luth tidak
peduli dengan seruan itu, bahkan bersikap sombong terhadapnya serta
mencemoohnya. Meskipun begitu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak putus asa, ia tetap bersabar
mendakwahi kaumnya; mengajak mereka dengan bijaksana dan sopan, ia melarang dan
memperingatkan mereka dari melakukan perbuatan munkar dan keji. Akan tetapi,
kaumnya tidak ada yang beriman kepadanya, dan mereka lebih memilih kesesatan
dan kemaksiatan, bahkan mereka berkata kepadanya dengan hati mereka yang kasar, “Datangkanlah
kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al ‘Ankabbut: 29)
Mereka juga mengancam akan mengusir Nabi Luth ‘alaihissalam dari kampung mereka karena memang ia
adalah orang asing, maka Luth pun marah terhadap sikap kaumnya; ia dan
keluarganya yang beriman pun menjauhi mereka.
Istrinya lebih memilih kafir dan ikut bersama kaumnya serta
membantu kaumnya mengucilkannya dan mengolok-oloknya. Terhadap istrinya ini,
Allah Subhanahu wa Ta’ala membuatkan
perumpamaan,
“Allah membuat istri Nuh dan
istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua
istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tidak
dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada
keduanya), “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk
(jahannam).” (QS. At
Tahrim: 10)
Pengkhianatan istri Nabi Luth kepada suaminya adalah dengan
kekafirannya dan tidak beriman kepada Allah Subhnahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus tiga orang malaikat dalam
bentuk manusia yang rupawan, lalu mereka mampir dulu menemui Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalammengira
bahwa mereka adalah manusia, maka Nabi Ibrahim segera menjamu mereka dengan
menyembelih seekor anak sapi yang gemuk, tetapi mereka tidak mau makan.
Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim,
bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengaruniakan kepadanya anak dari
istrinya, yaitu Sarah bernama Ishaq ‘alaihissalam. Para
malaikat kemudian memberitahukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
bahwa mereka akan berangkat menuju negeri Sadum untuk mengazab penduduknya
karena kekafiran dan kemaksiatan mereka.
Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memberitahukan, bahwa di sana terdapat
Luth, maka para malaikat pun menenangkannya dengan memberitahukan, bahwa Allah
akan menyelamatkan dia dan keluarganya selain istrinya yang kafir.
Para malaikat pun keluar dari rumah Ibrahim dan pergi menuju
negeri Sadum, hingga mereka sampai di rumah Luth dan mereka datang sebagai para
pemuda yang tampan.
Saat Nabi Luth ‘alaihissalam melihat
mereka, maka Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan mereka, dan tidak ada yang
mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth, hingga akhirnya istrinya
keluar dari rumahnya dan memberitahukan kaumnya tentang kedatangan tamu-tamu
Nabi Luth yang rupawan.
Maka kaumnya pun datang
dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan
keji dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu
rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta Nabi Luth
mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka.
Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan
menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu, lalu Nabi Luth menghalangi
mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi mereka dari mengganggu para tamunya,
ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya mereka adalah
tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu,–Dan bertakwalah kepada Allah dan
janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Nabi Luth juga mengingatkan mereka, bahwa Allah Subhnahu
wa Ta’ala telah
menciptakan wanita untuk mereka agar mereka dapat menyalurkan syahwatnya, akan
tetapi kaum Luth tetap ingin masuk ke rumahnya. Ketika itu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak mendapati seorang yang berakal
dari kalangan mereka yang dapat menerangkan kesalahan mereka dan akhirnya Nabi
Luth merasakan kelemahan menghadapi mereka sambil berkata, “Seandainya aku mempunyai
kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang
kuat (tentu aku lakukan).” (QS. Huud: 80)
Saat itulah, para tamu
Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan bahwa mereka bukan
manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang
fasik itu.
Tidak berapa lama, kaum
Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah seorang
malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan sempoyongan
di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat meminta Nabi Luth untuk
pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan menimpa mereka di
pagi hari. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke
belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari, Nabi Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan
negeri Sadum. Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka
Allah mengirimkan kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu.
Saat itu, negeri tersebut bergoncang dengan goncangan yang
keras, seorang malaikat mencabut negeri itu dengan ujung sayapnya dan
mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas menjadi
bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian mereka dihujani dengan batu yang
panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan
siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud:
82-83)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Luth dan
keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat
Allah dan beribadah kepada-Nya.
Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal
kesucian dan kebersihan diri, sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan
pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan Kami tinggalkan pada negeri
itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (Terj.
Adz Dzaariyat: 37)
Aad"
adalah nama bapak suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama
"Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman dan
termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan
jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikaruniai oleh
Allah s.w.t. tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari
segala penjuru sehingga memudahkan mereka bercocok tanam untuk bahan makanan
mereka dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang
indah-indah. Berkat karunia Allah s.w.t. itu mereka hidup menjadi makmur,
sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan
menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana
dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya
tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat
patung-patung yang diberi nama " Shamud" dan " Alhattar"
dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka
dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak
kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi
Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari.
Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang
subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah karuniaan
dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah. Karenanya mereka tidak
putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon
perlindungannya dari segala bahaya dan musibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai
akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi
dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis laknatullah, di mana nilai-nilai
moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan
tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol
sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di
mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang
berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati,
dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan
menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat
belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah
gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah s.w.t. mengutuskan Nabi Hud sebagai
nabi dan rasul kepada mereka.
Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah
Sukunya
Sudah
menjadi sunnah Allah s.w.t. sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahwa dari masa ke
masa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh
menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah
seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran
nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalan
lurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik
menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia dengan
fitrah.
Demikianlah
maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan
kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu
semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang daripada suku mereka sendiri
dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan
kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan
dengan kawan-kawannya. Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian
kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah s.w.t. yang berupa alam
sekeliling mereka dan bahwa Allah s.w.t. lah yang mencipta mereka semua dan
mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur,
air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang
seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri.
Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya
merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dapat mereka
hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di
terangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah s.w.t. yang diberi tugas
untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah s.w.t. yang
menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau
mencabutnya daripada mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa
atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya
menjalankan perintah Allah s.w.t. dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka
tetap menutup telinga dan mata mereka menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka
akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah s.w.t. sebagaimana terjadinya atas
kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan
kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada
pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka
sembah dan puja itu.
Bagi
kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah
mereka dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh
Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar
peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek
moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tata cara hidup mereka dan
menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka
tidak kenal dan tidak dapat dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran
mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan
berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan
hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah
kaum Aad kepada Nabi Hud: "Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau
hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan
kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yang
tidak dapat kami jangkau dengan panca indera kami dan tuhan yang menurut kata
kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah
kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan
meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada
aturan nenek moyangmu dan jangan mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan
membawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan
direstuinya."
Wahai
kaumku! jawab Nabi Hud, "Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada
kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan panca inderamu
namun kamu dapat melihat dan merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai
ciptaanNya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan
matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai
tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dapat bermanfaat bagi
kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dapat menikmati kehidupan yang sejahtera
dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu
kepada-Nya, Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan
yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia dekat
daripada kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi
hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah
oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan
bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri
kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang tidak dapat
berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan
dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan
menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang
Maha Esa itu."
Wahai
Hud! jawab kaumnya, "Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan
dan berfikiran lain daripada yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak
dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri
bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan
memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal?
Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk
membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari
jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa
heran dan tidak dapat menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau telah
dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang daripada
kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami
hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang
dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta
besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sehat terkena kutukan tuhan-tuhan
kami yang selalu engkau ejek hina dan cemoohkan."
"Wahai
kaumku" jawab Nabi Hud, "Aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku
tetap waras dan sehat tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah bahwa
patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dapat mendatangkan sesuatu
gangguan atau penyakit bagi badanku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama
aku hidup di tengah-tengah kamu bahwa aku tidak pernah berdusta dan bercakap
bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pada diriku
tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan
fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah s.w.t. yang
diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah
tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis laknatullah dan sudah jauh menyimpang
dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah
s.w.t. tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam
kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun
mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah
kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada
Allah s.w.t., Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan
langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan
tumbuhan bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun
atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu
dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang
telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah bahwa kamu
akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab
atas segala perbuatan kamu didunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan
amalanmu yang baik dan soleh mendapat ganjaran baik dan yang hina dan buruk
akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah
s.w.t. kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan
menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum
Aad menjawab: "Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahwa engkau telah
mendapat kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan
akalmu berubah menjadi tidak siuman. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang
tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan
kemakmuran hidup kami dan bahwa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami
dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan
dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang. Dan
apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakutkan kami dan mengancamkannya
kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah
bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan
azab dan siksa yang engkau bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang
kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancaman itu jika engkau
betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta."
"Baiklah"
jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap
berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan persembahanmu
kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan Tuhan di mana
kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari bencananya. Allah s.w.t. menjadi
saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada
mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung badanku memberi penerangan
dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah s.w.t.
bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah s.w.t. Atas Kaum Aad
Pembalasan
Allah s.w.t. terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan
dalam dua perinkat. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang
dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan,
kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan
kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha
meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari
Allah s.w.t. yang dijanjikan dan bahwa Allah s.w.t. masih lagi memberi
kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan
kembali beriman kepada Allah s.w.t. dengan meninggalkan persembahan mereka yang
bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah s.w.t. agar segera
hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mereka dari bahaya kelaparan
yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji
Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap
berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan
mereka terhadap janji Allah s.w.t. yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera
mendapat jawapan dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan
terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang
disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan
segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang
sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu
berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega
hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu
sebagai pembalasan Allah s.w.t. yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti
untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu
dusta."
Sejurus
kemudian menjadi kenyataanlah apa yang dikatakan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan
hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan
kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan
bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua
perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang
ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini mencari
perlindungan Suami tidak tau di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan
anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan
itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih
kaum Aad yang congkak itu dan pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan
datang.
Adapun
Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah
s.w.t. dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau balau dan tenang seraya
melihat keadaan kaumnya yang kacau balau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi
pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan
orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan. Setelah keadaan cuaca kembali
tenang dan tanah "Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad
pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia
tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana
dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu
tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang
beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada
setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah
Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat
50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah
" Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah
" ayat 6 ,7 dan 8.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.
Nabi
Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti
oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau menghadapi kaumnya yang
sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan kelapangan
dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan
serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan bahwa
beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau
kesabaran.
Nabi
Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah
menjadi gila dan tidak siuman. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan
ejekan itu dengan hanya mengata: "Aku tidak gila dan bahwa tuhan-tuhanmu
yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun
tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah s.w.t. kepadamu dan betul-betul aku
adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan
kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan
Allah s.w.t. di dunia mahupun di akhirat."
Dalam
berdialog dengan kaumnya. Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati nurani mereka
dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang
sehat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka
tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah
dari Allah s.w.t., Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya
Nabi Ibrahim dilahirkan ditengah masyarakat
yang musyrik dan kafir. Beliau adalah anak Azar, yang juga masih keturunan Sam
bin Nuh. Nabi Ibrahim dilahirkan pada tahun 2295 Sebelum Masehi, di negeri
Mausul, pada zaman Raja Namrud. Azar ayahnya, adalah pemahat patung untuk
sesembahan kaumnya. Ketika itu, Raja Namrud memerintah dengan sangat zalim dan
tanpa undang-undang. Bahkan, raja itu mengaku dirinya sebagai Tuhan. Semua
rakyatnya menyembah berhala.
Nabi Ibrahim Dibuang ke Hutan
Raja
Namrud
adalah raja yang keji danbengis. La seorang raja yang tidak mau di
lengser dan ingin berkuasa terus menerus bahkan ingin hidup terus
menerus.
Karena itu ia tak segan-segan untuk membodohi rakyatnya agar menyembah
berhala.
Bahkan ia juga memproklamirkan diri sebagai salah satu tuhan yang harus
disembah oleh rakyatnya. Sehingga segala perintahnya tak ada yang berani
membangkang.Sebelum Nabi Ibrahim lahir, raja Namrud pernah bermirnpi
melihat
seorang anak lelaki melompat masuk ke dalam kamarnya lalu merampas
mahkota dan menghancurkannya.
Esok harinya ia memanggil tukang ramal dan tukang tenung untuk
menafsirkan arti
mimpinya itu. Menurut tukang ramal, anak laki-laki dalam mimpi sang raja
itu
kelak akanmeruntuhkan kekuasaan sang raja. Tentu saja raja Namrud murka.
La memerintahkan
kepada para prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru
lahir.
Nabi Ibrahim As. yang baru lahir secara diam-diam diselamatkan oleh
ayahnya dengan
jalan disembunyikan dalam sebuah gua di hutan. Dengan izin Allah SWT,
beliau
dapat hidup dengan selamat tanpa gangguan binatang buas. Karena jauh
dari kaumnya,
maka sejak kecil Nabi Ibrahim As. terbebas dari segala macam bentuk
syirik dan
maksiat. Hidayah Allah merasuk ke dalam hatinya, sehingga Nabi Ibrahim
As.
sering kali berpikir dan merenungkan berhala-berhala dan batu yang dipuja dan
disembah
oleh kaumnya.
Kemudian
timbul pertanyaan di hatinya, mengapa benda- benda yang tidak dapat
berbuat apa-apa itu disembah? Lalu, di manakah Tuhan yang sebenarnya? Ketika
Nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang di malam hari, lalu matahari disiang
hari, ia berkata di dalam hati, mungkinkah benda-benda itu Tuhan ?
Tetapi,
ketika ternyata bulan dan bintang menghilang, dan matahari pun terbenam ia
kemudian berkata: "Aku tak akan bertuhan
kepada benda-benda seperti itu." bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah
bulan itu terbenam dia berkata: "Sesunggubnya
jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah
aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia
melihat matahari terbit,dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari
itu telah terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yangkamu
persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan
yangmenciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan
aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Qs.
AI-An'am: 76-79)
Ibrahim Bergaul dengan Kaumnya
Sesudah
dewasa dan berita tentang pembunuhan bayi-bayi sudah sirna. Ibrahim diizinkan
kedua orang tuanya keluar dari goa. Hidup di tengah-tengah masyarakat. Kesedihan menggerogoti
hatinya, ternyata masyarakat di sekitarnya sudah bobrok mental dan akhlaknya. Akal pikiran mereka benar-benar sudah tumpul
sehingga patung dan batu-batu bergambar mereka jadikan Tuhan yang disembah-sembah.
Ayah
Ibrahim sendiri adalah tukang pembuat patung yang dijual ke masyarakat banyak.
Dan ayahnya juga menyembah patung yang dibuatnya sendiri.Ibrahim kemudian
mengadu kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku
sedang menderita,derita batin. Aku melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk
apakah gerangan akal pikiran yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka ? Apakah
akal pikiran itu hanyadigunakan untuk mencari kekayaan dan berbuat kerusakan
belaka. Oh Tuhanku,tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak menunjuki aku, sungguh aku
akan menjadi orang yang tersesat dan berbuat aniaya." Lalu Allah
memberikan petunjuk kepadanya. ia diangkat menjadi Nabi danRasul. la diberi
wahyu sehingga keyakinan tentang adanya Tuhan bukan sekedar kesimpulan akal
pikirannya belaka melainkan berasal dari ketetapan Tuhan.Allah mengajarkan
segala rahasia yang ada di balik alam nyata ini. Bahwa di balik alam nyata ini
ada juga alam ghaib. Setiap manusia yang mati kelak akandibangkitkan lagi di
alam akhirat.
Ibrahim Meyakinkan Dirinya
Nabi Ibrahim sebenarnya sudah percaya akan
adanya hari pembalasan diakhirat. Pada suatu hari ia ingin memperoleh petunjuk
yang lebih nyata danmeyakinkan hatinya.Maka berdo'alah ia kepada Tuhan: "Ya,Tuhanku perlihatkanlah kepadaku,
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah menjawab:
"Apakah kamu belum percaya Ibrahim
?" Nabi Ibrahim menjawab: "Saya
telah percaya tetapi supaya bertambah yakin hati saya." Tuhan kemudian
memerintahkan Ibrahim mengambil empat ekor burung. Keempatnya dipotong-potong
dan tubuhnya dicerai beraikan atau dipisah-pisahkan.
Potongan-potongan
kecil dari keempat burung itu dilumatkan kemudian dijadikan empat onggok.
masing-masing onggokan diletakkan di puncak empat bukit yang letaknya
berjauhan. Ibrahim kemudian diperintahkan mengambil burung-burung yang sudah
hancur tadi. Tiba-tiba saja burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri
Nabi Ibrahim. Peristiwa ini dengan jelas Allah gambarkan dalam AI-Qur'an
Ajakan kepada Ayahnya untuk Meninggalkan
Berhala
Sebelum
Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala,
pertama kali yang diajaknya menyembah Allah adalah ayahnya sendiri.Ayah Ibrahim
bernama Azar adalah pembuat patung berhala. la memperingatkan ayahnya dengan
bahasa yang lemah lembut penuh kesopanan: "Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar,
tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun ? Wahai ayahku,
sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang diberikan Allah dan tidak mungkin
diberikan kepadamu.Maka ikutilah nasihat-nasihatku. niscaya akan menunjukkan
kepadamu jalan.yanglurus. Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah setan.
Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai ayahku,
sesungguhnya Aku kuatir engkau akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah,
maka engkau menjadi kawan dari setan."Tapi ayahnya tidak mau mengikuti
ajakan Ibrahim. Ayahnya berkata: "Bencikah
kamu terhadap Tuhanku, Ibrahim ? Jika kamu tidak berhenti mengajakku niscaya
aku akan merajammu. Tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." Karena
ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku
akan memintakan ampun bagimu pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku.
Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain
Allah. Dan aku akan berdo a kepadaTuhanku. Mudah-mudahan aku tidak kecewa
dengan berdo a kepada Tuhanku." Doa atau permohonan Nabi Ibrahim untuk
ayahnya tak lain adalah karena kasih sayangnya selaku anak kepada ayahnya.
Namun setelah Allah menerangkan bahwa ayah Ibrahim adalah musuh Allah maka
Ibrahim berlepas diri daripadanya. Tak ada beban moral lagi selaku anak kepada
ayahnya.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Suatu
ketika, Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negeri. Kampung-kampung
mereka tertinggal kosong. Kesempatan itu dipergunakan oleh Nabi Ibrahim As.
untuk melaksanakan niat yang selama ini dipendamnya, yaitu menghancurkan berhala-berhala
yang ada di tempat peribadatan Raja Namrud dan rakyatnya. Maka dengan
menggunakan kampak, mulailah Nabi Ibrahim As. memecah-mecahkan berhala-berhala
itu satu persatu. Tetapi, karena maksud tertentu, ada satu berhala yang tetap
dibiarkan utuh, yakni berhala yang terbesar. Setelah selesai menghancurkan
semua berhala yang lain, Nabi Ibrahim As. Mengalungkan kampaknya pada leher
berhala terbesar, itu. Kemudian beliau pergi meninggalkan tempat peribadatan
itu. Beberapa lama kemudian Raja Namrud dan para pengikutnya datang. Demi melihat
keadaan rumah peribadatan mereka berantakan dan berhala-berhalanya hancur, maka
murkalah sang raja. Tak pelak lagi Nabi Ibrahim As. langsung menjadi orang yang
tertuduh dalam hal itu, sebab sudah dikenal di seluruh negeri, bahwa Nabi Ibrahim
As. sangat membenci sesembahan kaumnya. Maka beliau dihadapkan kepadaRaja
Namrud untuk diadili. Sang raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah
menghancurkan berhala-berhala kami di rumah peribadatan ?" “Bukan!" jawab Nabi Ibrahim
singkat.Mendengar jawaban itu. Raja Namrud semakin naik pitam. Dengan nada
lebih keras, ia berkata: "Lalu,
siapa lagi kalau bukan engkau. Bukankah engkau berada disini ketika kami semua
pergi, dan bukankah engkau amat membenci sesembahan kami?" “ya, tapi aku tidak menghancurkan
berhala-berhala itu. Aku pikir, barangkali berhala besar itulah yang telah
melakukannya. Bukankah kampak yang ada di lehernyamembuktikan perbuatan-nya
?" sahut Nabi Ibrahim dengan tenang. "Mana mungkin berhala dapat berbuat seperti itu ?" kata Raja
Namrud membantah pernyataan NabiIbrahim As.Mendengar itu, Nabi Ibrahim dengan
tegas berkata: "Kalau begitu,
mengapa engkau sembah berhala yang tidak dapat-berbuat apa-apa ?" Mendengar
pernyataan Nabi Ibrahim itu, orang-orang yang menyaksikan jalannya pengadilan
itu terkejut dan banyak di antara mereka yang sadar. Terpikir oleh mereka,
bahwa memang begitulah adanya; mereka telah menyembah sesuatu yang tak dapat
melihat, mendengar, dan bergerak. Meskipun demikian, Raja Namrud justru semakin
murka karenanya.
Nabi Ibrahim Dibakar
Kekalahan
Raja Namrud dalam berdebat dengan Nabi Ibrahim As. Malah mengundang
kemurkaannya yang lebih besar. Dengan segera ia memerintahkan tentaranya untuk
menghukum Nabi Ibrahim dengan hukuman yang seberat-beratnya.Demikian-lah, Nabi
Ibrahim menjalani hukuman mati dengan jalan dibakar hidup-hidup.
Api
dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Nabi Ibrahim As.
diikat dan diletakkan dalam tumpukan kayu itu. Namun dengan izin Allah dan
kuasa-Nya api tidak membakar Nabi Ibrahim hingga ia selamat dan tidak terluka sedikitpun.
Menyaksikan peristiwa
Pembakaran
Nabi Ibrahim, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan penuh, rasa puas.
Mereka mengira bahwa pasti Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu di tengah
tumpukan kayu bakar yang menyala dahsyat itu. Tetapi, betapa terkejutnya mereka
demi melihat keajaiban yang terjadi setelah api itu padam. Nabi Ibrahim
As.tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa
luka sedikit pun. Lalu beliau pergi meninggalkan mereka. Sejak kejadian itu,
Nabi IbrahimAs. , berhijrah ke negeri Kan'an (Palestina) dan di tanah suci
(Baitul-Maqdis) disitulah beliau hidup dan berketurunan.
Raja Namrud dan Kaumnya Menerima Azab Allah
Karena
keingkarannya, Raja Namrud beserta seluruh pengikut-nya mendapatkan siksaan
Allah SWT: Pada suatu ketika, tiba-tiba datang serombongan nyamuk yang luar
biasa banyaknya. Binatang-binatang itu langsung menyerbu manusia, menggigit
bagian-bagian tubuh, masuk ke lubang hidung dan telinga orang-orang kafir itu.
Maka binasalah Raja Namrud dan para pengikutnya. Sementara itu, sejak pindah ke
tanah suci (Baitul-Maqdis), Nabi Ibrahim As.kemudian berumah tangga dan
memperoleh anak-anak yang shaleh. Dari istrinya yang bemama Siti Sarah, Nabi
Ibrahim As. memperoleh anak yang diberi nama Ishaq. Dan dari istrinya yang
bernama Siti Hajar, beliau memperoleh seorang putra yang bernama Ismail. Ishaq
kemudian menjadi Nabi dan Rasul, dan menurunkan seorang anak,Ya'qub namanya
(kelak, Ya'qub juga menjadi Nabi dan Rasul Allah, serta menurunkan anak-cucu
sampai kepada Nabi Musa As.). Sedangkan Ismail juga menjadi Nabi danRasul, dan
darinya lah Nabi besar Muhammad Saw. mempunyai silsilah.
Nabi Ibrahim Diuji Tuhan
Pada
suatu malam, Nabi Ibrahim As. bermimpi, bahwa Allah SWT.memerintahkannya supaya
mengorbankan putranya Ismail. Karena yakin akan mimpinya itu, segera Nabi
Ibrahim As. bermusyawarah dengan Ismail tentang hal itu.Dan di luar dugaan,
Ismail As. menjawab pernyataan ayahnya itu dengan tenang, seraya berkata:
"Wahai ayahku, jika ini memang
perintah Allah SWT., maka taatilah,dan aku rela untuk dikurbankan.”
Mendengar tekad putranya, Nabi Ibrahim As. segera bersiap-siap untuk
mengorbankan Ismail As. Tetapi, setelah segalanya selesai danupacara kurban
akan dimulai, terjadilah peristiwa yang menakjubkan. Dengan kekuasaan dan
kebesaran Allah SWT., muncul seekor biri-biri yang menggantikan ismail untuk
disembelih. Maka legalah hati Nabi Ibrahim As. Dipeluknya anak kesayangannya
itu dengan penuh kasih, seraya rnengucapkan pujian kepada AllahSWT.
Baca Selengkapnya (http://al-syahbana.blogspot.com) - TAMPILKAN SELALU LINK SUMBER : http://al-syahbana.blogspot.com/2012/12/cerita-nabi-ibrahim-as.html#ixzz43iG0DHPK
Tsamud
adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari
bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi.
Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama "Alhijir" terletak
antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad
yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah s.w.t.
sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah
dan risalah Nabi Hud a.s.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam
yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum
Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah,
binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag
indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan
dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram
,sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahwa
kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum
Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka
sembah dan puja, kepadanya mereka berqurban, tempat mereka minta perlindungan
dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.
Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka
jangkau dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud
Allah
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya
berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya
untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke
jalan yang benar. Demikian pula Allah s.w.t. tidak akan menurunkan azab dan siksaan
kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya
dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya.
Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah
diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri,
dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas,
cerdik pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan
mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mereka sembah, Tuhan Allah
Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka,
menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan
hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi
mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup
dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah
dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang
tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari
ketakutan dan bahaya.
Nabi
Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka, terjalin
antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan
sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia
mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan
menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan
dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka bahwa ia adalah
pesuruh dan utusan Allah s.w.t. dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada
mereka adalah amanat Allah s.w.t. yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk
kebaikan mereka semasa hidup mereka dan sesudah mereka mati di akhirat kelak.
Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa
yang ia serukan dan anjurkan dan agar mereka segera meninggalkan persembahan
kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa
seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang
selama ini telah mereka lakukan. Allah s.w.t. dekat kepada mereka mendengarkan
doa mereka dan memberi ampun kepada yang salah bila dimintanya.
Terperanjatlah
kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang
baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka
serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:
"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas,
fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada
dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami
mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal
yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi
kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan
kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami
kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang
menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada
kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek
moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi
sebagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap
kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."
Nabi
Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti
ajakannya beriman kepada Allah s.w.t. yang telah mengaruniai mereka rezeki yang
luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum
yang mendapat siksa dan azab dari Allah s.w.t. karena menentang rasul-Nya dan
mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu boleh terjadi di atas mereka jika
mereka tidak mau menerima dakwahnya dan mendengar nasehat yang diberikannya
secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan
yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu.
Ia hanya menyampaikan amanat Allah s.w.t. yang ditugaskan kepadanya dan Allah
s.w.t.lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi
pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok
kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang kedudukan
sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebagian
yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan
berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi
Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya: "Wahai Saleh!
Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir. Engkau telah
menjadi gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau
dengan tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal
dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah
diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada
kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di
antara kami yang lebih patut dan lebih cakap untuk menjadi nabi atau rasul daripada
engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar
kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika
engkau merasa bahwa engkau sehat badan dan sehat fikiran dan mengaku bahwa
engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka
hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami
dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan
jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi
Saleh menjawab: "Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku
tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai imbalan atas usahaku
memberi tuntunan dan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau
mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata
atas perintah Allah s.w.t. dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan
ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan
tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang
nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahwa aku akan
melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya
semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu.
Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat
demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan
seruanmu itu."
Setelah
gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia
bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para
pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang
makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah
dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar
biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah s.w.t. Memberi Mukjizat Kepada
Nabi Saleh a.s.
Nabi
Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa
mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis
habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal
memenuhi tantangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tantangan mereka
dengan menuntut janji dengan mereka bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang
mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan persembahan mereka dan
akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai
dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh
memohon kepada Allah s.w.t. agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan
kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tantangan kaumnya
yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah s.w.t. dengan
kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah
batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka
sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta
terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta
betina.
Dengan
menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah
Nabi Saleh kepada mereka: "Inilah dia unta Allah s.w.t., janganlah kamu ganggu
dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah s.w.t. ia
mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk
mendapatkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah
s.w.t. akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini."
Kemudian
berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa
mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah
perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada
hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain
berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan
berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para
pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan
menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal
kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka
dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak
senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun
mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan
diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan
unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab
yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan
keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka,
muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan
menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda
itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik
menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang
yang berhasil membunuh unta itu.
Dua
macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para
pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij dan
Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah
yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para
kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh. Dengan bantuan tujuh
orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya
dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Dan begitu
unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda' yang
disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan
perasaan hebat dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota
menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai
dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan
perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang. Berkata mereka kepada
Nabi Saleh: "Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan
akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika
engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam
kata-katanya."
Nabi
Saleh menjawab: "Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah s.w.t. akan
menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan
terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah
s.w.t. telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang
Allah s.w.t. dan terimalah kelak akibat
tantanganmu kepada-Nya. Janji Allah s.w.t. tidak akan meleset. Kamu boleh
bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah
ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah s.w.t.
dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang."
Ada
kemungkinan menurut ahli tafsir bahwa Allah s.w.t. melalui rasul-Nya Nabi Saleh
memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar
akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada
risalahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi
bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya
azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah s.w.t. Yang
Dijanjikan
Nabi
Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah s.w.t. yang akan menimpa di atas
mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka
terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka menjadi kuning dan berubah
menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat
turunlah azab Allah s.w.t. yang pedih. Mendengar ancaman azab yang
diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah
kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Saleh mendahului
tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan
bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di
saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh
keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya.
Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh
siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika
mereka datang ke tempat Nabi Saleh untuk melaksanakan rancangan jahatnya di
malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka
batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika
merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah
Allah s.w.t. telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya
yang kafir. Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu,
dengan izin Allah s.w.t. berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin
pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan
penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat
beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah
Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah
Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79 , surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68
dan surah " Al-Qamar " ayat 23 sehingga ayat 32.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Saleh a.s.
Pengajaran
yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan
perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dapat
membinasakan masyarakat itu seluruhnya. Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa,
hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran
perintah Allah s.w.t. yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta
Nabi Saleh a.s. Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah s.w.t. agar kita
melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf
nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak
berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi didalam masyarakat dan lindungan
kita, kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan
mungkar itu Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang
berlaku di depan mata dapat diartikan sebagai persetujuan dan penyekutuan
terhadap perbuatan mungkar itu.
Baca Selengkapnya (http://al-syahbana.blogspot.com) - TAMPILKAN SELALU LINK SUMBER : http://al-syahbana.blogspot.com/2012/12/cerita-nabi-saleh-as.html#ixzz43iFqGa1F